Sabtu, 26 September 2015

Candi Borobudur



Candi Borobudur merupakan sebuah candi Buddha yang terletak di Desa Budur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Borobudur berasal dari kata “bara” dan “budur”. Kata “bara” berasal dari kata “wihara” atau “biara” dari bahasa Sanskerta yang berarti kuil atau asrama, sedangkan kata “budur” diperkirakan berasal dari kata “beduhur” artinya di atas. Jadi, Borobudur dapat diartikan sebagai biara yang berada di atas bukit. 

Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia. 


Candi yang bercorak Buddha ini, didirikan oleh Dinasti Syailendra pada zaman Mataram Kuno. Bentuk candi yang berupa punden berundak menggambarkan adanya akulturasi budaya India dengan budaya asli Indonesia pada zaman Megalithikum. Berdasarkan ajaran Buddha Mahayana, Candi Borobudur merupakan Dasya-bodhisatwa-bhumi, artinya tempat mencapai ke-Buddha-an melalui sepuluh tingkat bodhisatwa.
Borobudur bersusun tiga tingkat, yaitu Kamadhatu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu  (ranah tak berwujud) dengan relief sepanjang 4 km dan Arca Buddha berjumlah lebih dari 500 buah. Pada seluruh dinding Borobudur, terdapat sebelas seri relief yang memuat kurang-lebih dari 1.460 buah adegan. Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia. Namun, sebagian relief ini masih belum dapat diartikan ceritanya.

Relief yang terpahat di dinding candi Borobudur terbagi menjadi 4 kisah utama yakni Karmawibangga, Lalita Wistara, Jataka dan Awadana, serta Gandawyuda. Selain mengisahkan tentang perjalanan hidup Sang Buddha dan ajaran-ajarannya, relief tersebut juga merekam kemajuan masyarakat Jawa pada masa itu. Bukti bahwa nenek moyang Bangsa Indonesia adalah pelaut yang ulung dan tangguh dapat dilihat pada 10 relief kapal yang ada. Salah satu relief kapal dijadikan model dalam membuat replika kapal yang digunakan untuk mengarungi The Cinnamon Route dari Jawa hingga benua Afrika. Saat ini replika kapal yang disebut sebagai Kapal Borobudur itu disimpan di Museum Samudra Raksa. Di atas puncak Borobudur terdapat sebuah stupa yang paling besar. Stupa utama terbesar terletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).

Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam. Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamfor Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia. Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar